Joker (2019) Review Film Bahasa Indonesia
Saya mau bilang. Saya nangis nonton film ini. Dan ketika saya menulis review ini, mata saya masih basah. Saya juga mau bilang, saya bukan cengeng. Buktinya, saya nggak nangis pas nonton film Titanic atau Toy Story. (Tapi saya ngangis di film Up, Wonder, dan Won't You Be My Neighbour?, dll). Memang film ini tidak menyuruh kita buat menangis. Saya tidak akan menceritakan bagian mana yang bikin saya nangis. Kalau penasaran silahkan DM saya.
Joker adalah film yang menakjubkan. Film ini sangat gelap dan kelam. Hingga membuat kita bertanya-tanya, apakah yang bikin film ini adalah orang yang sama yang menyutradarai film The Hangover? Nyatanya iya. Dan dia berhasil bikin kagum dengan dunia yang dia ciptakan.
Genre psikologikal drama melekat pada film ini. Film dengan genre psikologikal yang bagus adalah film yang berhasil mengajak penontonnya gila bersama ikut merasakan sang karakter utama. Dan Joaquin Phoenix sebagai pemeran utama berhasil melakukannya dengan akting memukau dan terpercaya, didukung dengan cara dia bicara dan bahasa tubuh yang meyakinkan. Dia berhasil membawakan karakter ikonik sang badut pangeran kejahatan, yaitu si Joker sendiri. Ngomongin soal psikologikal, film ini mengingatkan saya pada salah satu karya Satoshi Kon yang judulnya Paranoia Agent. Saya bilang begitu karena keduanya punya kesamaan. Yaitu sama-sama memiliki genre psikologilkal thriller. Dan juga keduanya menunjukkan kontras antara ekspektasi dan realita yang mempertanyakan apakah ini nyata atau fantasi. Jadi ingat lagunya queen yang judulnya Bohemian Rhapsody. Dan saya yakin jika kamu kenal lagu itu, kamu juga akan mengingatnya ketika kamu sendang menonton film ini.
Kenapa? Karena... nggak sebut ah. Nanti spoiler. Wkwk.
Dualitas memang sering digunakan dalam film psikologikal. Contoh film lain yang menunjukkan dualitas adalah Mulholland Drive.
Mungkin Taxi Driver lebih mempengaruhi film ini secara nada dan rasa. Atau juga warna dan cerita. Yang pasti Joker juga akan mengingatkan kita pada Taxi Driver. Mungkin karena keduanya menunjukkan kegilaan yang disebabkan karena hubungan kemasyarakatan.
Ada lagi film yang mempengaruhi Joker. Bisa dibilang film ini mempengaruhinya secara langsung. Yaitu film The Dark Knight Return. Bukan filmnya Nolan itu, ya. Tapi film animasi yang diadaptasi dari komik Frank Miller.
Kita juga boleh membandingkan Joker di film ini dengan Joker di film lain seperti Joker dari The Dark Knight yang diperankan oleh Heath Ledger. Berbeda dengan Joker The Dark Knight, Joker-nya Joaquin Phoenix memiliki latar belakang yang akan diketahui penontonnya. Kita jadi tahu kenapa dia bisa gila.
Well. Karakter Joker ini dibangun dengan latar belakang seseorang yang depresif. Dan itu berhasil bikin kita ikut depresi. Ikut kasihan dalam setiap tekanan yang ia alami. Hingga kegilaan yang dia alami juga ikut kita rasakan sehingga seolah film ini mengajak kita buat sinting bareng-bareng. Kegilaan itu ditunjukkan dengan sangat realistis hingga bikin kita takut.
Kita juga boleh membandingkan Joker di film ini dengan Joker di The Killing Joke yang juga menceritakan latar belakang Joker. Namun yang pasti, Joker yang baru ini lebih gelap dan realistis. Ngeri dan serem.
Rating 17 tahun ke atas di film ini bukan cuma karena kekerasan dan kesadisan, tapi kesintingan gila-gilaan yang membuat film ini tidak boleh ditonton anak-anak. Lagi pula mereka tak akan suka. Kamu yang mengharapkan action, film ini bukan buat kamu. Memang adegan kekerasan di film ini tidak sesadis yang kita lihat di film gore. Atau bahkan Deadpool. Namun drama yang dibawa bersama kegilaan berhasil bikin mengganggu atau bahasa inggrisnya disturbing. Dan itu mungkin menjadi kekhawatiran penonton bagaimana film ini menunjukkan kekerasan. Karena sebagai penonton, kita akan berada di perspektif orang sinting ini. Di mana dia protagonisnya.
Film ini juga membawa metafora bagi mereka yang merasakannya, termasuk saya. Mereka yang merasa gila karena ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
Aspek visual di film ini juga ikut menambah kekaguman saya. Warna yang dipilih sangat efektif dalam mendukung cerita. Misalnya hijau dan merah yang merupakan warna komplemen.
Lantunan beberapa soundtrack yang mengisi film ini sangat menggambarkan apa yang terjadi dalam cerita. Berhasil pokoknya.
Film ini harus ditonton para fans psikologikal drama. Buat penggemar Batman, kamu juga akan suka walau nggak ada Batman di sini karena ini film tentang Joker.
Saya kasih nilai film ini 10/10.
Joker adalah film yang menakjubkan. Film ini sangat gelap dan kelam. Hingga membuat kita bertanya-tanya, apakah yang bikin film ini adalah orang yang sama yang menyutradarai film The Hangover? Nyatanya iya. Dan dia berhasil bikin kagum dengan dunia yang dia ciptakan.
Genre psikologikal drama melekat pada film ini. Film dengan genre psikologikal yang bagus adalah film yang berhasil mengajak penontonnya gila bersama ikut merasakan sang karakter utama. Dan Joaquin Phoenix sebagai pemeran utama berhasil melakukannya dengan akting memukau dan terpercaya, didukung dengan cara dia bicara dan bahasa tubuh yang meyakinkan. Dia berhasil membawakan karakter ikonik sang badut pangeran kejahatan, yaitu si Joker sendiri. Ngomongin soal psikologikal, film ini mengingatkan saya pada salah satu karya Satoshi Kon yang judulnya Paranoia Agent. Saya bilang begitu karena keduanya punya kesamaan. Yaitu sama-sama memiliki genre psikologilkal thriller. Dan juga keduanya menunjukkan kontras antara ekspektasi dan realita yang mempertanyakan apakah ini nyata atau fantasi. Jadi ingat lagunya queen yang judulnya Bohemian Rhapsody. Dan saya yakin jika kamu kenal lagu itu, kamu juga akan mengingatnya ketika kamu sendang menonton film ini.
Kenapa? Karena... nggak sebut ah. Nanti spoiler. Wkwk.
Dualitas memang sering digunakan dalam film psikologikal. Contoh film lain yang menunjukkan dualitas adalah Mulholland Drive.
Mungkin Taxi Driver lebih mempengaruhi film ini secara nada dan rasa. Atau juga warna dan cerita. Yang pasti Joker juga akan mengingatkan kita pada Taxi Driver. Mungkin karena keduanya menunjukkan kegilaan yang disebabkan karena hubungan kemasyarakatan.
Ada lagi film yang mempengaruhi Joker. Bisa dibilang film ini mempengaruhinya secara langsung. Yaitu film The Dark Knight Return. Bukan filmnya Nolan itu, ya. Tapi film animasi yang diadaptasi dari komik Frank Miller.
Kita juga boleh membandingkan Joker di film ini dengan Joker di film lain seperti Joker dari The Dark Knight yang diperankan oleh Heath Ledger. Berbeda dengan Joker The Dark Knight, Joker-nya Joaquin Phoenix memiliki latar belakang yang akan diketahui penontonnya. Kita jadi tahu kenapa dia bisa gila.
Well. Karakter Joker ini dibangun dengan latar belakang seseorang yang depresif. Dan itu berhasil bikin kita ikut depresi. Ikut kasihan dalam setiap tekanan yang ia alami. Hingga kegilaan yang dia alami juga ikut kita rasakan sehingga seolah film ini mengajak kita buat sinting bareng-bareng. Kegilaan itu ditunjukkan dengan sangat realistis hingga bikin kita takut.
Kita juga boleh membandingkan Joker di film ini dengan Joker di The Killing Joke yang juga menceritakan latar belakang Joker. Namun yang pasti, Joker yang baru ini lebih gelap dan realistis. Ngeri dan serem.
Rating 17 tahun ke atas di film ini bukan cuma karena kekerasan dan kesadisan, tapi kesintingan gila-gilaan yang membuat film ini tidak boleh ditonton anak-anak. Lagi pula mereka tak akan suka. Kamu yang mengharapkan action, film ini bukan buat kamu. Memang adegan kekerasan di film ini tidak sesadis yang kita lihat di film gore. Atau bahkan Deadpool. Namun drama yang dibawa bersama kegilaan berhasil bikin mengganggu atau bahasa inggrisnya disturbing. Dan itu mungkin menjadi kekhawatiran penonton bagaimana film ini menunjukkan kekerasan. Karena sebagai penonton, kita akan berada di perspektif orang sinting ini. Di mana dia protagonisnya.
Film ini juga membawa metafora bagi mereka yang merasakannya, termasuk saya. Mereka yang merasa gila karena ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
Aspek visual di film ini juga ikut menambah kekaguman saya. Warna yang dipilih sangat efektif dalam mendukung cerita. Misalnya hijau dan merah yang merupakan warna komplemen.
Lantunan beberapa soundtrack yang mengisi film ini sangat menggambarkan apa yang terjadi dalam cerita. Berhasil pokoknya.
Film ini harus ditonton para fans psikologikal drama. Buat penggemar Batman, kamu juga akan suka walau nggak ada Batman di sini karena ini film tentang Joker.
Saya kasih nilai film ini 10/10.
Terima kasih untuk informasinya, jika kalian yang mau nonton film joker dengan subtitle Indonesia silahkan cek disini ya Nonton Film Joker Sub Indo
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus1xbet | 1xbet | Bet with a Bonus - RMC | Riders Casino
BalasHapus1XBet allows you to bet 출장샵 on 1xbet app any favourite https://jancasino.com/review/merit-casino/ horse races or any other sporting event. ✓ Get up 오래된 토토 사이트 to £300 + 200 Free wooricasinos.info Spins No Deposit