The Lobster (2015) Review Bahasa Indonesia

The Lobster memiliki latar imajinatif di mana seorang lajang akan dibawa ke sebuah hotel dan diwajibkan untuk menemukan pasangannya dalam 45 hari atau diubah menjadi binatang. David, karakter utama yang dipernakan oleh Colin Farrell memilih untuk menjadi lobster jika ia tidak menemukan pasangan.

Memiliki premis yang orisinal, Yorgos Lanthimos, sang sutradara berhasil membawa kita ke sebuah tempat yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Dia berhasil membawakan genre surealisme dengan bumbu dark comedy yang segar. Dunia yang absurd berhasil dibangun hingga membuat penonton takjub. Walau begitu, jangan kira kamu bakal menemukan unsur surealisme seperti di film-film David Lynch atau Alejandro Jodorowsky. Unsur surealisme di film ini masih bisa ditolerasi. Setidaknya jika kamu pernah menonton film merka sebelumnya.

Surealisme dalam sinema mungkin kurang populer pada saat ini. Dan The Lobster berhasil kembali menghiasi genre ini setelah lama redup.

Semua karakter di film ini berhasil dibangun dengan latar belakang yang bervariasi. Memberikan mereka motivasi yang juga bervariasi. Dan para pemerannya berhasil menghidupkan karakter-karakter dengan motivasi itu.

Unsur komedi di film ini mungkin bukan yang dicari orang buat sebuah film komedi. Bukan komedi yang bikin kita tertawa terbahak-bahak. Mungkin juga bukan jenis komedi yang bikin kita tersenyum. Namun yang kita temukan adalah dark comedy yang mungkin hanya dapat bekerja pada beberapa orang saja. Utamanya para psikopat.

Romantisme juga terjejal di film ini. Sangat terasa hingga bisa bikin penontonnya ikut merasakan apa yang karakter rasakan. Walau begitu, kemunculannya tidak ada di seluruh film. Membuatnya menjadi sangat spesial.

Saya kasih film ini nilai 9/10. Orisinalitas yang ada di sini harus diakui berhasil bikin kita kagum. Dan itu harus kita apresiasi.